Skip to main content

+ Dua Sisi Gemini +

Aku bukan ahli dalam perzodiakan. Hanya suka iseng-iseng bertanya apa bintangmu pada kawanku ataupun lelakiku.

Beberapa diantaranya memiliki bintang dengan simbol the twins. Kawan terdekatku, ada yang berbintang Gemini dan salah satu lelaki yang masih membuat kepalaku pening hingga saat ini, si Orang Asing di ceritaku sebelumnya, iya dia Gemini!

Mereka semua charming dengan caranya sendiri bagiku. Mostly, very witty and thoughtful. Pribadi yang menyenangkan untuk menghabiskan waktu bersama. Seperti magnet, menarik perhatian orang sekitarnya untuk mendekat. Ya walaupun bagiku yang lumayan ambivert, energi mereka yang meluap-luap terkadang sedikit melelahkan, jangan tersinggung ya kalian para gemini.

Dia adalah satu dari dari sedikit kawan wanitaku. Kawanku ini bersumpah tidak akan mengencani pria lokal. Pasarnya adalah lelaki asing, terlihat dari tracking booknya yang pernah dia tunjukkan padaku aku melihat banyak bendera negara lain kecuali Indonesia. Dasar, kurang menghargai produk lokal dia.

Usia yang terpaut tiga tahun, menjadikannya seperti kakak yang baru kutemukan di kerasnya hidup di Jakarta.

Pertemuan kami sedikit unik, kawan dekat dari salah satu lelaki yang kini entah kemana, justru menjadi kawan terdekatku. Jalan hidup memang lucu, aku tidak percaya kebetulan. 

Banyak kejadian yang masih membuatku menganga akan sebesar itulah daya tarik yang dimilikinya. Suatu hari kami pergi ke suatu pesta, merakyat karena tidak memiliki meja. Di sebelah kami ada kerumunan dengan salah satu gadis muda yang menarik, aku merasa kawan lelaki di sebelahku akan cocok dengan gadis ini. Dengan motivasi menjadi wingman yang baik, aku dengan sangat berhati-hati mendekat pada gadis ini, hingga mengajaknya kenalan dan berdansa bersama. Kami berkenalan, aku mengenalkan gadis itu pada kawan lelakiku. Selesai, mentok sampai situ.

Aku merasa gagal, beberapa lama kemudian, si Gemini wanita ini yang berdiri di sebelahnya. Tanpa menghabiskan banyak waktu, mereka terlibat suatu obrolan yang di akhiri dengan gadis muda ini meminta kontak kawan wanitaku itu dan merekapun bertukar akun jejaring sosial.

Aku melongo disitu, astaga apakag auraku kurang bagus? Kurang membuat nyaman? Atau bagaimana? Aku rasa memang aku tidak memiliki magnet seperti Gemini satu itu. Sial. Ya tapi setiap orang memiliki perannya masing-masing, bagiku kami saling melengkapi.

Ada kalanya, di balik keceriaannya, Gemini satu ini memiliki sisi sendu. Satu yang aku bisa lalukan adalah mendengarkannya dengan seksama, itulah yang dia butuhkan. Ah iya, di kala lain, dia bisa saja menjadi sangat serius tanpa candaan sama sekali ketika berbicara, terutama saat menasehatiku untuk menjadi lebih baik. Apa yang dia sampikan bukan merupakan suatu omongan yang ingin kudengar, namun kebenaran yang biasanya tidak ingin kudengar. Namun, sisi dewasanya seolah memiliki spell, membuat aku terdiam, mendengar, menerima dan mengingat baik-baik apa yang disampaikannya.

Dari menemaniku pergi ke pesta-pesta yang ada di Jakarta namun dia juga yang menemaniku pergi ke Sanatorium. Kawan apa adanya, kalau kata salah satu tante pemilik restoran regularku berkunjung.

Kawan apa adanya adalah kawan bisa aku temui tanpa harus terlebih dahulu memoles make-up atau kawan yang bisa aku temui di saat pagi itu aku tidak sempat mandi dan muka kucel sekali. Kawan yang ada saat susah dan senang.

Gemini wanita ini adalah alarmku, rumahku, dan juga seperti taman bermainku.

Comments

Popular posts from this blog

+ Villa atau Rumah +

Bulan puasa biasanya dijadikan momen untuk menjalin tali silaturahmi. Terkadang aku agak malas untuk menghadiri rentetan undangan buka puasa bersama. Oke. Tidak rentetan juga sih, sok terkenal sekali aku. Ya beberapa adalah, minimal kawan sd, kawan sma, angkatan di kuliah, dll. Duh. Sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Mau di ceritakan bagian yang mana. Terlalu panjang, absurd, dan bewarna-warni. Sampai di suatu momen. Munculah satu lelaki yang sempat hilang selama beberapa saat. Tapi memang itulah dia, hilang timbul hilang timbul bagaikan kotoran mengapung di kali. Dia muncul lagi, menanyakan kabar. Kemudian seolah tidak pernah terjadi apa-apa, menanyakan kenapa aku sombong sekali tidak pernah mengontaknya lagi. Basa basi. Seperti sudah diduga. Dia bertanya, kapan aku tidak sibuk. Mengajak untuk buka puasa bersama. Catch up hidup ujarnya. Catch up hidup? Rasanya ingin aku maki saja. Hey. Sok dekat sekali dirimu. Sekonyong-konyong muncul mendadak mengajak buka p...

+ Smoking Break +

J adi ingat jaman remaja dulu aku suka sekali menonton film drama tentang bagaimana wanita akhirnya bisa menemukan the man of her life. Hollywood happy ending story. Cheesy memang. Namun, tak ku sangkal, indah sekali apabila bisa punya kisah seperti itu.   Kebanyakan diceritakan, cinta itu butuh pengorbanan.  Aku menjalani banyak kisah-kisah cinta fana. Segala (yang aku kira) pengorbanan itu nampaknya sudah aku lakukan. Namun, ini sudah jauh bertahun-tahun setelah aku melewati masa remajaku. Aku masih begini-begini saja, sudah banyak juga aku melalui momen-momen menduga bahwa aku telah aku menemukan the man of my life. Salah ternyata. Belum kapok. Aku duga-duga lagi. Masih bukan juga. Sial.  Hari ini hari Jumat, hari yang auranya lebih ringan dibanding hari-hari biasanya. Bonusnya hari ini, di musim hujan ini, matahari bersinar santai. Tidak terlalu terik dan masih ada semilir angin. Saat yang tepat untuk turun ke bawah. Bersantai di taman gedung ...