Alkisah, hiduplah
seekor Lynx betina di alam bebas. Dia hidup bersama kawanannya. Kawanan ini
ketika siang hari lebih memilih untuk beraktifitas sendiri-sendiri, barulah
ketika malam hari ketika mereka lelah menjalani hari dan perburuan panjang,
berkumpul di bawah pohon besar dengan
akar-akar besar menjalar tepat berada di tengah lembah untuk melepas penat.
Suatu hari Lynx betina
ini, mengikuti tupai kecil yang sangat lincah. Terlalu asik mengejar, dia
menunda untuk segera menangkap dan melahap tupai kecil ini. Sudah lama
perburuannya tidak diikuti dengan sedikit permainan. Itu kan bagian yang menyenangkan
dari berburu, sedikit mengejar dan menakuti sebelum akhirnya dia memakan
mangsanya. Tanpa sadar Lynx betina ini sudah berada terlalu jauh dari
kawanannya. Matahari sudah mulai terbenam.
Dharrr!! Suara senapan
pertama menghentikan perburuannya, dia merasakan tanda bahaya, dan melupakan
tupai kecilnya. Lnyx betina ini memelankan gerakan langkahnya, berharap
manusia-manusia itu tidak menyadari kehadirannya. Hingga suara senapan kedua
berdesing, hangat menjalar di badannya, dia tahu senapan ini berhasil mengenai
punggungnya. Menggeram pelan, nafasnya terengah, dia mengumpulkan tenaga untuk
berlari tanpa henti.
Bunyi senapan masih
mengikutinya. Badannya bersimbah darah. Terus
berlari tidak berhenti. Hingga bunyi senapan tidak terdengar lagi. Langkahnya
mulai pelan, tenaganya habis, dan udara terasa lebih dingin dari biasanya. Dia
berhenti di sebuah tumpukan batu besar yang nampaknya cukup aman. Memejamkan
matanya, menahan rasa sakit akibat lukanya, mungkin ini adalah ajalnya.
Menyesali tidak
mendengarkan kawanannya, untuk tidak berburu terlalu jauh dari habitatnya, lembah
kecil tersembunyi yang aman itu. Kawanannya bercerita, tentang bahaya manusia.
Semua demi mendapatkan bulu-bulu cantik dan halus mereka. Lynx betina ini
terlalu banyak kehilangan darah, hingga akhirnya kehilangan kesadaran.
Sinar matahari pagi
yang menyengat, membangunkan Lynx betina ini. Darah mengering sekujur badannya
yang mengingatkan kejadian menakutkan yang telah dia alami. Rasa sakitnya masih
ada, namun perhatiannya teralih pada tali yang membebat keempat kakinya, dan
lebih buruknya lagi sebuah bak kendaraan tempat dia terbaring, mulai bergerak,
kendaraan itu membawanya pergi menjauh dari habitatnya, Mati lah dia. Manusia berhasil menangkapnya.
Sebentar lagi dia akan dikuliti hidup-hidup dan menjadi mantel penghangat istri
ketiga mafia di salah satu belahan dunia sana.
Kendaraan bergerak itu berhenti. sama seperti jantung Lynx betina ini yang nyaris berhenti berdetak terlalu takut membayangkan nasib malang yang akan menimpanya.
Sesosok manusia,
menghampirinya. Dia menggeram untuk menakuti manusia itu. Bukannya ketakutan,
namun manusia itu justru tersenyum. Manusia yang sedang tersenyum memandangnya
dan mengelusnya perlahan, seraya ingin mengurangi rasa sakit yang dia rasakan.
Rasa takut itu
perlahan hilang, sebelum akhirnya manusia ini menusukan sesuatu benda kecil
yang membuat Lynx betina ini sangat mengantuk. Tidak berdaya. Manusia ini
dengan sekuat tenaga mengangkat Lynx betina ini, membawanya turun dari
kendaraan itu.
Setengah sadar, Lnyx
betina ini memperhatikan tempat kemana dia dibawa, sangat mirip dengan
habitatnya, banyak pohon rindang. Sayangnya Lynx betina ini tidak bisa membaca
tulisan besar di gerbang masuknya, huruf-huruf besar yang berbunyi Suaka
Margasatwa, sehingga dia tidak mengerti apa arti Suaka Margasatwa yang
sesungguhnya.
Menurut KBBI, kata suaka
memiliki arti tempat menggungsi (berlindung). Artinya tentu menjadi
berbeda dengan tambahan kata di belakangnya. Misalnya, suaka margastwa.
Cagar alam yang secara khusus digunakan untuk melindungi binatang liar di
dalamnya.
Ditempatkan di sebuah kolam
besar yang tidak berisi air, namun pepohonan. Tempat itu seperti ukuran mini
dari tempatnya biasa hidup.
Manusia penjaga ini
begitu telaten dan penuh kasih sayang merawatnya. Hari-hari yang di lalui
bersama manusia penjaga ini, membuatnya percaya bahwa manusia ini berbeda
dengan manusia pemburu yang telah menembaknya. Dia adalah sosok penjaga yang
hidupnya dicurahkan di alam bebas, untuk menolong binatang-binatang liar yang
terluka dan terancam bahaya seperti dirinya.
Lambat laun, keahlian
manusia penjaga ini berinteraksi dengan binatang liar nam sanggup menjinakkan
Lynx betina ini. Binatang liar ini tunduk dan jinak terhadap manusia penjaga
itu. Lnyx betina ini mulai terbiasa dengan kehadiran si manusia penjaga, yang
membuat harinya menyenangkan, bukan hanya sekedar memberikan makanan, terkadang
manusia penjaga juga mengajaknya bermain dan mencoba untuk berkomunikasi
dengannya, walaupun Lynx betina ini tidak mengerti apa, nampaknya alunan suara
dan cerita-cerita manusia penjaga ini terdengar
indah di telinganya. Membuatnya semakin mendambakan kunjungan-kunjungan
manusia penjaga ini lagi.
Suatu hari, kunjungan
tengah malam manusia penjaga terasa berbeda. Lynx betina memperhatikan sosok
manusia penjaga ini tampak lelah dan tidak banyak berbicara seperti biasanya,di
ikuti tidak sesering biasanya. Mencoba mengajak si manusia penjaga ini bermain
seperti biasa, Lynx betina ini menerkam pelan manusia penjaganya, tanpa mengeluarkan
taring dan cakar. Dia tidak mau melukai manusia penjaga yang mulai dia sayangi
ini. Namun, terkamannya itu di tepis oleh si manusia penjaga. Manusia penjaga
ini sedang tidak ingin bermain dengannya.
Hari-harinya di kolam
besar berisi pepohonan itu, walaupun masih terasa nyaman dan aman, namun tidak
dapat menghilangkan rasa rindu pada kawanan dan habitat aslinya. Perburuan
tupai-tupai kecil yang menyenangkkan. Malam-malamnya di bawah pohon rindang
kesayangannya, membuat hatinya tercekat, rindu.
Sosok manusia penjaga
yang mulai jarang dia temui, membuat Lynx betina bertanya-tanya, seberapa sibuk
manusia penjaga ini, apakah ada binatang liar yang jauh terluka parah dibandng
dirinya sehingga perhatian manusia penjaga begitu terbagi dan tak bisa
menyisihkan waktu untuknya sebayak dulu lagi. Entahlah, begitu banyak
pertanyaan yang belum terjawab.
Perlahan-lahan Lynx
betina ini pulih, menanti sekaligus bertanya-tanya. Mengapa manusia penjaga ini
tidak mengembalikannya ke habitat aslinya saja apabila sudah tidak mau merawat
dan bermain dengannya lagi.
Lynx betina ini
mengamati kolam besar berisi pepohonannya, berpikir bagaimana caranya untuk
dapat keluar dari tempat itu. Lamunannya terhenti ketika sosok manusia penjaga
masuk, Lynx betina ini mencium aroma rusa yang kuat dari peluh keringat manusia
penjaga. Rupanya itu dia jawabannya, Lynx betina ini tahu, dia tidak sendirian
di Suaka Margasatwa itu, masih banyak binatang-binatang liar lainnya yang belum
pernah dia temui. Manusia penjaga memberinya makan dan mengajaknya bermain
sebentar, Lynx betina ini memakan makanannya dalam diam dan tersadar bahwa
manusia penjaga tertidur di dekatnya karena kelelahan.
Insting hewaninya
memandunya untuk mencari jalan keluar dari kolam besar itu. Dia melihat pintu
kecil tempat si manusia penjaga itu masuk nampak terbuka. Memberi endusan pelan
selamat tinggal pada manusia penjaga, dia mengendap menuju pintu keluar.
Mengikuti instingnya, perlahan mencapai setapak jalan berbatu, Lynx betina
menyusuri jalan itu mengamati sekelilingnya, banyak kolam-kolam besar berisi
binatang-binatang liar di dalamnya, binatang-binatang liar seperti diriya.
Hatinya sedih mengetahui kenyataan bahwa dia hanyalah salah satu dari binatang
liar di tempat itu, dia tidak istimewa.
Aroma hutan tempatnya
hidup, mulai samar tercium dan memandunya untuk pulang.
Pepohonan dan belukar
mulai dia kenali, tanda sebentar lagi dia akan sampai di lembah kecilnya. Kawanannya
bersuka cita menyambutnya. Nyaris mereka mengira, Lynx betina ini tidak akan
kembali.
Hari-hari berlalu,
Lynx betina ini nyaris melupakan kejadian buruk yang dia alami. Menjalani
hari-harinya seperti biasa kembali. Perburuan tupai kecil ialah satu-satunya
hal yang dapat menghiburnya.
Pagi hari itu cukup
cerah, Lynx betina ini berpikir apakah yang akan menjadi perburuannya hari ini.
Lapar. Nampaknya dia akan melahap apapun itu yang pertama kali muncul di depan
matanya.
Lynx betina ini
mencium aroma tikus hutan yang cukup kuat. Baiklah, itulah yang akan menjadi
santapannya pagi itu. Namun, aroma lain perlahan muncul, Lynx betina ini ingat
betul siapa pemilik aroma ini.
Manusia penjaga, dia
ada disini. Seperti magnet yang terus menariknya untuk mendekat ke pusat aroma
itu. Langkahnya seakan tahu arah yang harus dituju.
Sosok manusia penjaga
terlihat sama seperti saat terakhir dia meninggalkannya. Tatapan dan senyuman
manusia penjaga tidak terlihat kaget dengan pertemuan itu. Seperti sesuatu yang
sudah diharapkan sebelumnya. Entah apa yang ada di pikirannya, Lynx betina ini
bukannya berlari menjauh justru malah mendekati si manusia penjaga.
Membawakan sepotong
daging segar kecil dan mengajak Lynx betina ini bermain, sebelum akhirnya
mendekap Lynx betina ini dengan erat. Melepaskan rindu yang mungkin ada. Seraya
mengucapkan kata-kata yang tidak dapat di mengerti. manusia penjaga nampak
mengeluarkan suatu benda yang Lynx betina ini ingat telah membuatnya sangat
mengantuk dan tidak berdaya.
Sebelum hal itu
terjadi, instingnya mengatakan untuk berlari menjauh dan tidak kembali. Manusia
penjaga ini ingin membawanya kembali ke Suaka Margasatwa lagi.
Lynx betina berlari
menjauh. Keputusan yang diambil cukup benar. Dia tidak mau kembali ke Suaka itu
lagi untuk di kurung bersama binatang-binatang liar lainnya, walaupun dia tahu,
manusia penjaga ini pasti akan kembali lagi untuk mencarinya.
Kelezatan daging segar
masih terasa di kerongkongannya, dan waktu bermain singkat tadi sudah cukup
untuk mengisi harinya. Lynx betina ini menuju pohon rindangnya, membaringkan
diri dalam diam di antara akar-akar besar itu. Memandang bulan yang mulai samar
tertutup awan.
Catatan:
Lynx betina itu
bernama Yayuk. Sosok manusia penjaga adalah salah seorang lelaki yang pernah
singgah di hidupnya. Kisah antara mereka berdua yang lebih pas untuk
diceritakan kembali sebagai dongeng. Kisah yang nampaknya sudah selesai bagi
Yayuk, namun entahlah, selesai atau tidak, siapa yang tahu.
Comments
Post a Comment