Skip to main content

+ Suaka +

Alkisah, hiduplah seekor Lynx betina di alam bebas. Dia hidup bersama kawanannya. Kawanan ini ketika siang hari lebih memilih untuk beraktifitas sendiri-sendiri, barulah ketika malam hari ketika mereka lelah menjalani hari dan perburuan panjang, berkumpul  di bawah pohon besar dengan akar-akar besar menjalar tepat berada di tengah lembah untuk melepas penat.

Suatu hari Lynx betina ini, mengikuti tupai kecil yang sangat lincah. Terlalu asik mengejar, dia menunda untuk segera menangkap dan melahap tupai kecil ini. Sudah lama perburuannya tidak diikuti dengan sedikit permainan. Itu kan bagian yang menyenangkan dari berburu, sedikit mengejar dan menakuti sebelum akhirnya dia memakan mangsanya. Tanpa sadar Lynx betina ini sudah berada terlalu jauh dari kawanannya. Matahari sudah mulai terbenam.

Dharrr!! Suara senapan pertama menghentikan perburuannya, dia merasakan tanda bahaya, dan melupakan tupai kecilnya. Lnyx betina ini memelankan gerakan langkahnya, berharap manusia-manusia itu tidak menyadari kehadirannya. Hingga suara senapan kedua berdesing, hangat menjalar di badannya, dia tahu senapan ini berhasil mengenai punggungnya. Menggeram pelan, nafasnya terengah, dia mengumpulkan tenaga untuk berlari tanpa henti.

Bunyi senapan masih mengikutinya. Badannya bersimbah darah.  Terus berlari tidak berhenti. Hingga bunyi senapan tidak terdengar lagi. Langkahnya mulai pelan, tenaganya habis, dan udara terasa lebih dingin dari biasanya. Dia berhenti di sebuah tumpukan batu besar yang nampaknya cukup aman. Memejamkan matanya, menahan rasa sakit akibat lukanya, mungkin ini adalah ajalnya.

Menyesali tidak mendengarkan kawanannya, untuk tidak berburu terlalu jauh dari habitatnya, lembah kecil tersembunyi yang aman itu. Kawanannya bercerita, tentang bahaya manusia. Semua demi mendapatkan bulu-bulu cantik dan halus mereka. Lynx betina ini terlalu banyak kehilangan darah, hingga akhirnya kehilangan kesadaran.

Sinar matahari pagi yang menyengat, membangunkan Lynx betina ini. Darah mengering sekujur badannya yang mengingatkan kejadian menakutkan yang telah dia alami. Rasa sakitnya masih ada, namun perhatiannya teralih pada tali yang membebat keempat kakinya, dan lebih buruknya lagi sebuah bak kendaraan tempat dia terbaring, mulai bergerak, kendaraan itu membawanya pergi menjauh dari habitatnya,  Mati lah dia. Manusia berhasil menangkapnya. Sebentar lagi dia akan dikuliti hidup-hidup dan menjadi mantel penghangat istri ketiga mafia di salah satu belahan dunia sana.

Kendaraan bergerak itu berhenti. sama seperti jantung Lynx betina ini yang nyaris berhenti berdetak terlalu takut membayangkan nasib malang yang akan menimpanya.

Sesosok manusia, menghampirinya. Dia menggeram untuk menakuti manusia itu. Bukannya ketakutan, namun manusia itu justru tersenyum. Manusia yang sedang tersenyum memandangnya dan mengelusnya perlahan, seraya ingin mengurangi rasa sakit yang dia rasakan.

Rasa takut itu perlahan hilang, sebelum akhirnya manusia ini menusukan sesuatu benda kecil yang membuat Lynx betina ini sangat mengantuk. Tidak berdaya. Manusia ini dengan sekuat tenaga mengangkat Lynx betina ini, membawanya turun dari kendaraan itu.

Setengah sadar, Lnyx betina ini memperhatikan tempat kemana dia dibawa, sangat mirip dengan habitatnya, banyak pohon rindang. Sayangnya Lynx betina ini tidak bisa membaca tulisan besar di gerbang masuknya, huruf-huruf besar yang berbunyi Suaka Margasatwa, sehingga dia tidak mengerti apa arti Suaka Margasatwa yang sesungguhnya.

Menurut KBBI, kata suaka memiliki arti tempat menggungsi  (berlindung). Artinya tentu menjadi berbeda dengan tambahan kata di belakangnya. Misalnya, suaka margastwa. Cagar alam yang secara khusus digunakan untuk melindungi binatang liar di dalamnya.

Ditempatkan di sebuah kolam besar yang tidak berisi air, namun pepohonan. Tempat itu seperti ukuran mini dari tempatnya biasa hidup.

Manusia penjaga ini begitu telaten dan penuh kasih sayang merawatnya. Hari-hari yang di lalui bersama manusia penjaga ini, membuatnya percaya bahwa manusia ini berbeda dengan manusia pemburu yang telah menembaknya. Dia adalah sosok penjaga yang hidupnya dicurahkan di alam bebas, untuk menolong binatang-binatang liar yang terluka dan terancam bahaya seperti dirinya.

Lambat laun, keahlian manusia penjaga ini berinteraksi dengan binatang liar nam sanggup menjinakkan Lynx betina ini. Binatang liar ini tunduk dan jinak terhadap manusia penjaga itu. Lnyx betina ini mulai terbiasa dengan kehadiran si manusia penjaga, yang membuat harinya menyenangkan, bukan hanya sekedar memberikan makanan, terkadang manusia penjaga juga mengajaknya bermain dan mencoba untuk berkomunikasi dengannya, walaupun Lynx betina ini tidak mengerti apa, nampaknya alunan suara dan cerita-cerita manusia penjaga ini terdengar  indah di telinganya. Membuatnya semakin mendambakan kunjungan-kunjungan manusia penjaga ini lagi.

Suatu hari, kunjungan tengah malam manusia penjaga terasa berbeda. Lynx betina memperhatikan sosok manusia penjaga ini tampak lelah dan tidak banyak berbicara seperti biasanya,di ikuti tidak sesering biasanya. Mencoba mengajak si manusia penjaga ini bermain seperti biasa, Lynx betina ini menerkam pelan manusia penjaganya, tanpa mengeluarkan taring dan cakar. Dia tidak mau melukai manusia penjaga yang mulai dia sayangi ini. Namun, terkamannya itu di tepis oleh si manusia penjaga. Manusia penjaga ini sedang tidak ingin bermain dengannya.

Hari-harinya di kolam besar berisi pepohonan itu, walaupun masih terasa nyaman dan aman, namun tidak dapat menghilangkan rasa rindu pada kawanan dan habitat aslinya. Perburuan tupai-tupai kecil yang menyenangkkan. Malam-malamnya di bawah pohon rindang kesayangannya, membuat hatinya tercekat, rindu.

Sosok manusia penjaga yang mulai jarang dia temui, membuat Lynx betina bertanya-tanya, seberapa sibuk manusia penjaga ini, apakah ada binatang liar yang jauh terluka parah dibandng dirinya sehingga perhatian manusia penjaga begitu terbagi dan tak bisa menyisihkan waktu untuknya sebayak dulu lagi. Entahlah, begitu banyak pertanyaan yang belum terjawab. 

Perlahan-lahan Lynx betina ini pulih, menanti sekaligus bertanya-tanya. Mengapa manusia penjaga ini tidak mengembalikannya ke habitat aslinya saja apabila sudah tidak mau merawat dan bermain dengannya lagi.

Lynx betina ini mengamati kolam besar berisi pepohonannya, berpikir bagaimana caranya untuk dapat keluar dari tempat itu. Lamunannya terhenti ketika sosok manusia penjaga masuk, Lynx betina ini mencium aroma rusa yang kuat dari peluh keringat manusia penjaga. Rupanya itu dia jawabannya, Lynx betina ini tahu, dia tidak sendirian di Suaka Margasatwa itu, masih banyak binatang-binatang liar lainnya yang belum pernah dia temui. Manusia penjaga memberinya makan dan mengajaknya bermain sebentar, Lynx betina ini memakan makanannya dalam diam dan tersadar bahwa manusia penjaga tertidur di dekatnya karena kelelahan.

Insting hewaninya memandunya untuk mencari jalan keluar dari kolam besar itu. Dia melihat pintu kecil tempat si manusia penjaga itu masuk nampak terbuka. Memberi endusan pelan selamat tinggal pada manusia penjaga, dia mengendap menuju pintu keluar. Mengikuti instingnya, perlahan mencapai setapak jalan berbatu, Lynx betina menyusuri jalan itu mengamati sekelilingnya, banyak kolam-kolam besar berisi binatang-binatang liar di dalamnya, binatang-binatang liar seperti diriya. Hatinya sedih mengetahui kenyataan bahwa dia hanyalah salah satu dari binatang liar di tempat itu, dia tidak istimewa.

Aroma hutan tempatnya hidup, mulai samar tercium dan memandunya untuk pulang.

Pepohonan dan belukar mulai dia kenali, tanda sebentar lagi dia akan sampai di lembah kecilnya. Kawanannya bersuka cita menyambutnya. Nyaris mereka mengira, Lynx betina ini tidak akan kembali.

Hari-hari berlalu, Lynx betina ini nyaris melupakan kejadian buruk yang dia alami. Menjalani hari-harinya seperti biasa kembali. Perburuan tupai kecil ialah satu-satunya hal yang dapat menghiburnya.

Pagi hari itu cukup cerah, Lynx betina ini berpikir apakah yang akan menjadi perburuannya hari ini. Lapar. Nampaknya dia akan melahap apapun itu yang pertama kali muncul di depan matanya.

Lynx betina ini mencium aroma tikus hutan yang cukup kuat. Baiklah, itulah yang akan menjadi santapannya pagi itu. Namun, aroma lain perlahan muncul, Lynx betina ini ingat betul siapa pemilik aroma ini.

Manusia penjaga, dia ada disini. Seperti magnet yang terus menariknya untuk mendekat ke pusat aroma itu. Langkahnya seakan tahu arah yang harus dituju.

Sosok manusia penjaga terlihat sama seperti saat terakhir dia meninggalkannya. Tatapan dan senyuman manusia penjaga tidak terlihat kaget dengan pertemuan itu. Seperti sesuatu yang sudah diharapkan sebelumnya. Entah apa yang ada di pikirannya, Lynx betina ini bukannya berlari menjauh justru malah mendekati si manusia penjaga.

Membawakan sepotong daging segar kecil dan mengajak Lynx betina ini bermain, sebelum akhirnya mendekap Lynx betina ini dengan erat. Melepaskan rindu yang mungkin ada. Seraya mengucapkan kata-kata yang tidak dapat di mengerti. manusia penjaga nampak mengeluarkan suatu benda yang Lynx betina ini ingat telah membuatnya sangat mengantuk dan tidak berdaya.

Sebelum hal itu terjadi, instingnya mengatakan untuk berlari menjauh dan tidak kembali. Manusia penjaga ini ingin membawanya kembali ke Suaka Margasatwa lagi.

Lynx betina berlari menjauh. Keputusan yang diambil cukup benar. Dia tidak mau kembali ke Suaka itu lagi untuk di kurung bersama binatang-binatang liar lainnya, walaupun dia tahu, manusia penjaga ini pasti akan kembali lagi untuk mencarinya.

Kelezatan daging segar masih terasa di kerongkongannya, dan waktu bermain singkat tadi sudah cukup untuk mengisi harinya. Lynx betina ini menuju pohon rindangnya, membaringkan diri dalam diam di antara akar-akar besar itu. Memandang bulan yang mulai samar tertutup awan.

Catatan:

Lynx betina itu bernama Yayuk. Sosok manusia penjaga adalah salah seorang lelaki yang pernah singgah di hidupnya. Kisah antara mereka berdua yang lebih pas untuk diceritakan kembali sebagai dongeng. Kisah yang nampaknya sudah selesai bagi Yayuk, namun entahlah, selesai atau tidak, siapa yang tahu.

Comments

Popular posts from this blog

+ Dua Sisi Gemini +

Aku bukan ahli dalam perzodiakan. Hanya suka iseng-iseng bertanya apa bintangmu pada kawanku ataupun lelakiku. Beberapa diantaranya memiliki bintang dengan simbol the twins. Kawan terdekatku, ada yang berbintang Gemini dan salah satu lelaki yang masih membuat kepalaku pening hingga saat ini, si Orang Asing di ceritaku sebelumnya, iya dia Gemini! Mereka semua charming dengan caranya sendiri bagiku. Mostly, very witty and thoughtful. Pribadi yang menyenangkan untuk menghabiskan waktu bersama. Seperti magnet, menarik perhatian orang sekitarnya untuk mendekat. Ya walaupun bagiku yang lumayan ambivert, energi mereka yang meluap-luap terkadang sedikit melelahkan, jangan tersinggung ya kalian para gemini. Dia adalah satu dari dari sedikit kawan wanitaku. Kawanku ini bersumpah tidak akan mengencani pria lokal. Pasarnya adalah lelaki asing, terlihat dari tracking booknya yang pernah dia tunjukkan padaku aku melihat banyak bendera negara lain kecuali Indonesia. Dasar, kurang menghar...

+ Villa atau Rumah +

Bulan puasa biasanya dijadikan momen untuk menjalin tali silaturahmi. Terkadang aku agak malas untuk menghadiri rentetan undangan buka puasa bersama. Oke. Tidak rentetan juga sih, sok terkenal sekali aku. Ya beberapa adalah, minimal kawan sd, kawan sma, angkatan di kuliah, dll. Duh. Sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Mau di ceritakan bagian yang mana. Terlalu panjang, absurd, dan bewarna-warni. Sampai di suatu momen. Munculah satu lelaki yang sempat hilang selama beberapa saat. Tapi memang itulah dia, hilang timbul hilang timbul bagaikan kotoran mengapung di kali. Dia muncul lagi, menanyakan kabar. Kemudian seolah tidak pernah terjadi apa-apa, menanyakan kenapa aku sombong sekali tidak pernah mengontaknya lagi. Basa basi. Seperti sudah diduga. Dia bertanya, kapan aku tidak sibuk. Mengajak untuk buka puasa bersama. Catch up hidup ujarnya. Catch up hidup? Rasanya ingin aku maki saja. Hey. Sok dekat sekali dirimu. Sekonyong-konyong muncul mendadak mengajak buka p...

+ Pelampung +

Katanya, salah satu kemampuan dasar yang sepatutnya dimiliki manusia adalah berenang. Sayangnya kemampuan itu tidak aku miliki. Toh berenang bukan jadi hal yang menarik bagiku. Tidak sepenuhnya tidak bisa, aku bisa sedikit, gaya renang entah apa itu. Hal paling sulit bagiku adalah mengambang, aku sulit mengambang, sedikit-sedikit tenggelam. Memang hidup jenaka, aku dipertemukan lelaki yang suka sekali berenang. Sial. Awalnya aku tidak bermasalah dengan hobinya itu. Toh, kami jarang bertemu, paling aku hanya menyimaknya bercerita kegiatan sehari-harinya termasuk berenang. Hingga suatu hari kami memutuskan berlibur bersama. Ke pantai dan laut, dimana dia ingin berenang di laut. Baiklah, aku sudah memutuskan dalam hati aku akan menjadi kekasih yang supportif, aku akan menunggunya berenang di pantai sembari berjemur matahari. 'Let's go, babe!' ujarnya antusias mengajakku berenang. Mataku terbelalak, aku lupa-lupa ingat, bukankah aku sudah bercerita aku tidak bisa be...