Skip to main content

+ Drunk Text +

Kami terpisah ribuan kilometer. Siangnya jadi malamku. Malamnya jadi siangku.Sedikit terdengar puitis juga ya. Namun, aku tidak sedang membuat puisi. Bukannya tidak mau, namun kemampuan masih jongkok.

Oke. Dia pemabuk, begitupun denganku. Jadilah, selain jarak dan waktu, kami juga nyaris selalu berbeda frekuensi. Dia mabuk ketika aku sadar, aku mabuk dan dianya yang sedang sadar.

Aku pun masih tidak menyangka, kami masih berhubungan, berbulan-bulan telah berlalu semenjak pertemuan terakhir kami. Melihat histori obrolan beda frekuensi kami, cukup menghibur ternyata, aku sering dibuatnya tertawa sendiri, tanpa aku sadari aku jadi terlatih untuk mengartikan dan menanggapi pesan dari lelaki pemabuk ini.

Lompat sebentar ke topik lain. Kamu tahu kan ada fenomena rekan-rekanmu yang suka mengunggah screenshot obrolan (yang menurut mereka) manis dengan pasangannya di sosial media. Terkadang. Aku ingin berkomentar 'Hey, tidak semanis itu juga kok, tidak perlu di umbar-umbar.

Seriusan deh. Ini (mungkin) bukan tentang iri dan dengki. Tapi ada baiknya momen privateitu jadi konsumsi pribadi saja.

Pendapatku yang cukup disimpan dalam hati saja. Berkomentar nyinyir di sosial media milik orang yang kukenal nampaknya bisa merusak tali silaturahmi dan buat apa?

Hal yang manis dan romantis bagiku, nampaknya belum tentu manis dan romantis bagi khalayak. Seperti menjilat ludah sendiri. Namanya juga manusia. Aku gatal untuk membuat tulisan tentang obralan ku di aplikasi chatting.

Kembali ke drunk text. Terakhir ketika aku sedang duduk santai bersama kawanku, dia nampak bingung dengan pesan yang dikirimkan kawannya yang sedang mabuk berat.

Aku membaca sebentar dari kawannya itu dan segera bisa mengartikan apa maksud pesannya itu. Kawannya sedang bersedih hati, ingin curhat namun mabuk, mengetik saja sulit jadi dia ingin menelepon kawanku itu tapi berisik sekali, pesan yang kubaca terakhir kawannya itu ingin mengirimkan pesan menghina untuk salah satu orang yang dia benci. Maka dari itu aku menyuruh kawanku untuk mencegah kawannya menjauh dari handphone.

Bagiku, ini adalah kemampuan yang bisa di asah. Mengartikan drunk text maksudku. Di awali kesulitan mengartikan segala drunk text yang kuterima, serta berkali-kali mengartikan drunk text yang kukirim entah ke siapapun itu. Bisa dibilang aku memiliki kemampuan yang lumayan sebagai penerjemah drunk text. Jangan-jangan ini bakat terpendamku, siapa yang tahu.

Pove yoy guyss! (Baca: Love you guys!)

Comments

Popular posts from this blog

+ Dua Sisi Gemini +

Aku bukan ahli dalam perzodiakan. Hanya suka iseng-iseng bertanya apa bintangmu pada kawanku ataupun lelakiku. Beberapa diantaranya memiliki bintang dengan simbol the twins. Kawan terdekatku, ada yang berbintang Gemini dan salah satu lelaki yang masih membuat kepalaku pening hingga saat ini, si Orang Asing di ceritaku sebelumnya, iya dia Gemini! Mereka semua charming dengan caranya sendiri bagiku. Mostly, very witty and thoughtful. Pribadi yang menyenangkan untuk menghabiskan waktu bersama. Seperti magnet, menarik perhatian orang sekitarnya untuk mendekat. Ya walaupun bagiku yang lumayan ambivert, energi mereka yang meluap-luap terkadang sedikit melelahkan, jangan tersinggung ya kalian para gemini. Dia adalah satu dari dari sedikit kawan wanitaku. Kawanku ini bersumpah tidak akan mengencani pria lokal. Pasarnya adalah lelaki asing, terlihat dari tracking booknya yang pernah dia tunjukkan padaku aku melihat banyak bendera negara lain kecuali Indonesia. Dasar, kurang menghar...

+ Villa atau Rumah +

Bulan puasa biasanya dijadikan momen untuk menjalin tali silaturahmi. Terkadang aku agak malas untuk menghadiri rentetan undangan buka puasa bersama. Oke. Tidak rentetan juga sih, sok terkenal sekali aku. Ya beberapa adalah, minimal kawan sd, kawan sma, angkatan di kuliah, dll. Duh. Sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Mau di ceritakan bagian yang mana. Terlalu panjang, absurd, dan bewarna-warni. Sampai di suatu momen. Munculah satu lelaki yang sempat hilang selama beberapa saat. Tapi memang itulah dia, hilang timbul hilang timbul bagaikan kotoran mengapung di kali. Dia muncul lagi, menanyakan kabar. Kemudian seolah tidak pernah terjadi apa-apa, menanyakan kenapa aku sombong sekali tidak pernah mengontaknya lagi. Basa basi. Seperti sudah diduga. Dia bertanya, kapan aku tidak sibuk. Mengajak untuk buka puasa bersama. Catch up hidup ujarnya. Catch up hidup? Rasanya ingin aku maki saja. Hey. Sok dekat sekali dirimu. Sekonyong-konyong muncul mendadak mengajak buka p...

+ Smoking Break +

J adi ingat jaman remaja dulu aku suka sekali menonton film drama tentang bagaimana wanita akhirnya bisa menemukan the man of her life. Hollywood happy ending story. Cheesy memang. Namun, tak ku sangkal, indah sekali apabila bisa punya kisah seperti itu.   Kebanyakan diceritakan, cinta itu butuh pengorbanan.  Aku menjalani banyak kisah-kisah cinta fana. Segala (yang aku kira) pengorbanan itu nampaknya sudah aku lakukan. Namun, ini sudah jauh bertahun-tahun setelah aku melewati masa remajaku. Aku masih begini-begini saja, sudah banyak juga aku melalui momen-momen menduga bahwa aku telah aku menemukan the man of my life. Salah ternyata. Belum kapok. Aku duga-duga lagi. Masih bukan juga. Sial.  Hari ini hari Jumat, hari yang auranya lebih ringan dibanding hari-hari biasanya. Bonusnya hari ini, di musim hujan ini, matahari bersinar santai. Tidak terlalu terik dan masih ada semilir angin. Saat yang tepat untuk turun ke bawah. Bersantai di taman gedung ...