Kami terpisah ribuan kilometer. Siangnya jadi malamku. Malamnya jadi siangku.Sedikit terdengar puitis juga ya. Namun, aku tidak sedang membuat puisi. Bukannya tidak mau, namun kemampuan masih jongkok.
Oke. Dia pemabuk, begitupun denganku. Jadilah, selain jarak dan waktu, kami juga nyaris selalu berbeda frekuensi. Dia mabuk ketika aku sadar, aku mabuk dan dianya yang sedang sadar.
Aku pun masih tidak menyangka, kami masih berhubungan, berbulan-bulan telah berlalu semenjak pertemuan terakhir kami. Melihat histori obrolan beda frekuensi kami, cukup menghibur ternyata, aku sering dibuatnya tertawa sendiri, tanpa aku sadari aku jadi terlatih untuk mengartikan dan menanggapi pesan dari lelaki pemabuk ini.
Lompat sebentar ke topik lain. Kamu tahu kan ada fenomena rekan-rekanmu yang suka mengunggah screenshot obrolan (yang menurut mereka) manis dengan pasangannya di sosial media. Terkadang. Aku ingin berkomentar 'Hey, tidak semanis itu juga kok, tidak perlu di umbar-umbar.
Seriusan deh. Ini (mungkin) bukan tentang iri dan dengki. Tapi ada baiknya momen privateitu jadi konsumsi pribadi saja.
Pendapatku yang cukup disimpan dalam hati saja. Berkomentar nyinyir di sosial media milik orang yang kukenal nampaknya bisa merusak tali silaturahmi dan buat apa?
Hal yang manis dan romantis bagiku, nampaknya belum tentu manis dan romantis bagi khalayak. Seperti menjilat ludah sendiri. Namanya juga manusia. Aku gatal untuk membuat tulisan tentang obralan ku di aplikasi chatting.
Kembali ke drunk text. Terakhir ketika aku sedang duduk santai bersama kawanku, dia nampak bingung dengan pesan yang dikirimkan kawannya yang sedang mabuk berat.
Aku membaca sebentar dari kawannya itu dan segera bisa mengartikan apa maksud pesannya itu. Kawannya sedang bersedih hati, ingin curhat namun mabuk, mengetik saja sulit jadi dia ingin menelepon kawanku itu tapi berisik sekali, pesan yang kubaca terakhir kawannya itu ingin mengirimkan pesan menghina untuk salah satu orang yang dia benci. Maka dari itu aku menyuruh kawanku untuk mencegah kawannya menjauh dari handphone.
Bagiku, ini adalah kemampuan yang bisa di asah. Mengartikan drunk text maksudku. Di awali kesulitan mengartikan segala drunk text yang kuterima, serta berkali-kali mengartikan drunk text yang kukirim entah ke siapapun itu. Bisa dibilang aku memiliki kemampuan yang lumayan sebagai penerjemah drunk text. Jangan-jangan ini bakat terpendamku, siapa yang tahu.
Pove yoy guyss! (Baca: Love you guys!)
Comments
Post a Comment